KELOMPOK 1 Reg. B
Linda Yulia
M. Aidil Arafat
Rahmaniah
KONSEP MORFOLOGI
A. Pengertian
Morfologi
Adalah bidang linguistik yang
mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal
B.
Morfologi sebagai bagian dari linguistik
Morfologi
adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal.Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk
kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti
kata.atau dengan kata
lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata
serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. Dalam kaitannya dengan kebahasaan,
yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata.Selain itu, perubahan bentuk kata
dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata yang
disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan dalam morfologi.Dengan
kata lain, Secara struktura lobjek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada
tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi. Itulahs ebabnya, dikatakan bahwa
morfologi adalah ilmu yang mempelajari selukbeluk kata (struktur kata) serta pengaruh
perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan kelas kata.
C. Perbandingan
morfolog idengan leksikologi
Morfologi dan Leksikolog isama-sama mempelajari kata, arti
kata, akantetapi di antara keduanya terdapat perbedaan. Leksikolog imempelajari
arti yang lebih kurang tetap yang terkandung dalam kata atau yang lazim disebut
arti leksis atau makna leksikal, sedangkan morfologi mempelajari arti yang timbul akibat peristiwa gramatis yang
biasa disebut arti gramatis atau makna gramatikal.Untuklebihjelasnyaperhatikancontohberikut
:
Kata kosong mempunyai berbagai makna dalam pemakaiannya,
antaralain :
a) Tidakadaisinya; misalnya:
petibesinyatelahkosong.
b) Hampa, berongga
(geronggang) di dalamnya; misalnya: tinggal butir-butir padi yang kosong
c) Tidak ada yang menempati;
misalnya: rumah itu kosong.
d) Terluang; misalnya: waktu kosong.
e)
Tidak mengandung sesuatu yang penting atau berharga; misalnya: perkataannya kosong.
Selainitu, ada pula kata-kata mengosongkan
‘menjadikan kosong’ pengosongan ‘perbuatan mengosongkan’, kekosongan
‘keadaan kosong’ atau ‘menderita sesuatu karena kosong’.
Kata kosong dengan mengosongkan.
Kedua kata itu masing-masing mepunyai arti leksis atau makna leksikal. Kosong
antara lain artinya ada lima butir seperti yang tertera pada contoh di
atas, sedangkan mengosongkan makna atau artinya ‘menjadikan atau membuat
jadi kosong’. Mengenai arti leksis kedua kata tersebut dibicarakan dalam leksikologi,
sedangkan dalam morfologi dibicarakan makna
atau arti yang timbul akibat melekatnya imbuhan atau afiksmeN-kan. Jadi kalau
leksis itu menyatakan arti secara harafiah sedangkan kalau morfologi,
menyatakan arti secara gramatikal, atau arti hasil dari penambahan.
D. Perbandingan
morfologi dengan etimologi
Dalam penyelidikan makna, morfologi berdekatan dengan leksikologi, sedangkan dalam penyelidikan
bentuk, morfologi berdekatan dengan etimologi,
yakni ilmu yang menyelidiki seluk-beluk asal-usul kata secara khusus.
Walaumorfologidanetimologimempelajarimasalah
yang samayakniperubahanbentuk, namunadaperbedaannya.
Morfologimempelajariperubahan kata yang disebabkanatau yang
terjadiakibatsistembahasasecaraumum. Sebagai contoh, dari kata pakai
terbentuk kata-kata baru pakaian, memakai, dipakai, terpakai, berpakaian.
Perubahan-perubahan itu disebabkan oleh system bahasa yaitu sistema fiksasi atau
pembubuhan afiks. Gejala itulah yang dipelajari oleh morfologi. Namun perhatikanlah
contoh-contoh berikut: kenan di samping berkenan; ia
disamping dia, yang, dan–nya dan tuan di samping tuhan.
Perubahan-perubahan tersebut bukan bersifat umum atau bukan akibat system bahasa
Indonesia. Perubahan tersebut hanya terjadi untuk kata-kata
tersebut, tidak berlaku untuk kata-kata lain. Perubahan-perubahan itu bukan dipelajari
oleh morfologi melaikan dipelajari oleh etimologi atau ilmu tentang asal-usul
kata.
E. PerbandinganMorfologidenganSintaksis
Satu lagi cabang ilmu bahasa yang
berdekatan dengan morfologi yaitu sintaksis. Kata sintaksis berasal dari bahasa
Yunani yaitu sun “dengan” dantattien “menempatkan”. Dengan jelas, menempatkan bersama-sama
kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat dan kelompok kelompok kata menjadi
kalimat (Verhaar, 1985 : 70).
Bidang sintaksis menyelidiki semua hubungan antar kata dan antar kelompok kata dalam kalimat. Di lainpihak, morfologi mempelajari seluk-beluk kata itu sendiri secara mandiri tanpa memperhatikan hubungannya dalam kalimat. Tegasnya dapat dikatakan bahwa unsur yang paling kecil yang dipelajari oleh morfologi ialah morfem dan yang paling besarialah kata, sedangkan sintaksis mempelajari unsur yang paling kecil ialah kata dan yang terbesar kalimat (Prawirasumanttri, 1985 : 110).
memberikan contoh untuk membedakan bidang garapan morfologi dan sintaksis dalam kalimat, “Ia mengadakan perjalanan.” Jika kita membicarakan ia sebagai bentuk tunggal, mengadakan dan perjalanan sebagai bentuk kompleks, termasuk garapan bidang morfologi, tetapi jika pembicaraan mengenai ia sebagai subjek, mengadakan sebagai predikat dengan kata perjalanan sebagai objek termasuk garapan sintaksis.
Dengan membaca uraian di atas, kita seolah-olah dapat dengan mudah mengetahui batas yang tegas bidang garapan morfologi dengan sintaksis. Sebenarnya tidaklah selalu demikian. Kita ambil contoh bentuk-bentuk ketidakadilan, ketidakmampuan, dan ketidaktentraman .Pembicaraan kata-kata tersebut sebagai bentuk kompleks yang terdiri atas bentuk ke-an dengan tidak adil, tidak mampu, tidak tentram termasuk kedalam bidang morfologi. Akan tetapi pembicaraan mengenai hubungan antara tidak dengan adil, mampu, dan tentram termasuk kedalam bidang sintaksis.Pembicaraan tentang bentuk yang salah satu unsurnya berupa afiks atau imbuhan termasuk dalam bidang morfologi, sedangkan bentuk yang semua unsurnya berupa kata (bentuk yang seperti itu sering disebut frase) termasuk kedalam bidang sintaksis (Ramlan dalam Prawirasumantri, 1985 : 110).
Contoh lain yang menunjukkan bahwa morfologi dan sintaksis sulit ditentukan batasnya yaitu pembicaraan tentang kata majemuk yang semua unsurnya pokok kata atau kata seperti: tinggi hati, keras kepala, saputangan, dansejenisnya. Pembicaraan bentuk-bentuk seperti itu tampaknya seperti termasuk kedalam sintaksis, tetapi karena bentuk-bentuk itu mempunyai sifat seperti kata, maka pembicaraannya termasuk kedalam bidang morfologi. Hal itu disebabkan karena kata majemuk termasuk golongan kata. Bukankah morfologi mempelajari kata sebagai unsur yang terbesar.
Bidang sintaksis menyelidiki semua hubungan antar kata dan antar kelompok kata dalam kalimat. Di lainpihak, morfologi mempelajari seluk-beluk kata itu sendiri secara mandiri tanpa memperhatikan hubungannya dalam kalimat. Tegasnya dapat dikatakan bahwa unsur yang paling kecil yang dipelajari oleh morfologi ialah morfem dan yang paling besarialah kata, sedangkan sintaksis mempelajari unsur yang paling kecil ialah kata dan yang terbesar kalimat (Prawirasumanttri, 1985 : 110).
memberikan contoh untuk membedakan bidang garapan morfologi dan sintaksis dalam kalimat, “Ia mengadakan perjalanan.” Jika kita membicarakan ia sebagai bentuk tunggal, mengadakan dan perjalanan sebagai bentuk kompleks, termasuk garapan bidang morfologi, tetapi jika pembicaraan mengenai ia sebagai subjek, mengadakan sebagai predikat dengan kata perjalanan sebagai objek termasuk garapan sintaksis.
Dengan membaca uraian di atas, kita seolah-olah dapat dengan mudah mengetahui batas yang tegas bidang garapan morfologi dengan sintaksis. Sebenarnya tidaklah selalu demikian. Kita ambil contoh bentuk-bentuk ketidakadilan, ketidakmampuan, dan ketidaktentraman .Pembicaraan kata-kata tersebut sebagai bentuk kompleks yang terdiri atas bentuk ke-an dengan tidak adil, tidak mampu, tidak tentram termasuk kedalam bidang morfologi. Akan tetapi pembicaraan mengenai hubungan antara tidak dengan adil, mampu, dan tentram termasuk kedalam bidang sintaksis.Pembicaraan tentang bentuk yang salah satu unsurnya berupa afiks atau imbuhan termasuk dalam bidang morfologi, sedangkan bentuk yang semua unsurnya berupa kata (bentuk yang seperti itu sering disebut frase) termasuk kedalam bidang sintaksis (Ramlan dalam Prawirasumantri, 1985 : 110).
Contoh lain yang menunjukkan bahwa morfologi dan sintaksis sulit ditentukan batasnya yaitu pembicaraan tentang kata majemuk yang semua unsurnya pokok kata atau kata seperti: tinggi hati, keras kepala, saputangan, dansejenisnya. Pembicaraan bentuk-bentuk seperti itu tampaknya seperti termasuk kedalam sintaksis, tetapi karena bentuk-bentuk itu mempunyai sifat seperti kata, maka pembicaraannya termasuk kedalam bidang morfologi. Hal itu disebabkan karena kata majemuk termasuk golongan kata. Bukankah morfologi mempelajari kata sebagai unsur yang terbesar.